Untuk para ahli robotik yang memfokuskan diri pada biomimetik, meniru gerak terbang kelelawar yang kompleks adalah masalah yang sulit untuk dipecahkan. Dalam sebuah konferensi, profesor Caltech dan peneliti Jet Propulsion Laboratory, Soon-Jo Chung mengatakan bahwa gaya terbang kelelawar sesuatu yang semua orang ingin tiru dalam sektor robot udara. Menurut laporan riset yang dibuat oleh Chung dan koleganya di JPL di Science Robotics, mereka berhasil menemukan cara untuk membuat robot yang dapat terbang layaknya kelelawar asli.
Robot hewan seperti burung atau serangga bersayap cenderung mudah untuk dibuat. Dengan lebih dari 40 sendi pada sayapnya, membuat robot kelelawar bukanlah perkara mudah. Namun, tim Chung berhasil membuat robot kelelawar pertama yang memiliki sayap tiruan dengan 9 sendi dan dilapisi oleh membran yang fleksibel. Robot yang dinamai Bat Bot ini memiliki tulang yang terbuat dari serat karbon dan sendi yang dibuat dengan 3D printer. Ia memiliki berat hanya tiga ons, perangkat prototipe rotor konvensionalnya dibuat seperti sayap kelelawar yang memungkinkannya untuk dapat meluncur, menukik dan melakukan berbagai manuver udara yang kompleks. Terbuat dari membran super tipis, sayap drone ‘Bat Bot’ ini bisa mengepakkan hingga sepuluh kali per detiknya.
Tim di belakang konstruksi robot ini percaya bahwa desain membuatnya jauh lebih aman dan lebih tepat untuk pemanduan zona bencana seperti di dalam pabrik nuklir Fukushima di Jepang. Mereka bahkan berharap bahwa pada akhirnya akan dapat membuat drone ini bisa bertengger terbalik seperti kelelawar nyata. “Setiap kali saya melihat kelelawar membuat tikungan tajam dan melakukan hal terbalik, bertengger dengan gerakan sayap yang elegan tersebut dan deformasi, saya sungguh terpesona,” kata Profesor Soon-Jo Chung.
Sama seperti kelelawar asli, Bat Bot dapat menggerakkan setiap sayap secara terpisah dan dapat mengubah bentuk masing-masing sayap untuk melakukan manuver rumit yang tidak mungkin dilakukan oleh hewan dengan tipe sayap lain. Gerakan mengepak robot ini juga menghemat daya baterai, sehingga Bat Bot tidak hanya lebih senyap tapi juga lebih efisien daripada drone quadcopter.
“Penelitian kami menunjukkan desain paling maju pada robot yang terbang dengan kepakan sayap dan morfologi kelelawar sehingga ia dapat terbang dengan sendirinya,” ujar Alireza Ramezani, salah satu penulis laporan tersebut.
Meskipun teknologi baterai pada robot ini belum memungkinkannya untuk terbang dalam waktu lama, para peneliti percaya, kelincahan Bat Bot membuatnya sangat berguna untuk operasi pencarian dan penyelamatan atau digunakan pada tempat yang sempit seperti di perkotaan.